Udara dingin seakan membekukan aliran darahku. Rasanya tak mau beranjak dari pembaringan, meski waktu sudah menunjukkan bahwa pagi akan segera datang. Namun, selimut tebal yang membungkusku dalam kehangatannya, memaksaku untuk tetap berada di dalamnya.
Sayang, waktu terus berputar tanpa henti. Saat ayam mulai berkokok, tak ada alasan untuk tetap di sini.
Pagi mulai datang, saatnya bersiap menyambut sang mentari. Udara dingin tetap saja mengganggu. Langit yang terlihat mendung saat menatap ke arah luar, menandakan hujan mungkin akan turun. Sepertinya, matahari tak akan memunculkan diri pagi ini.
Bagaimana mengusir rasa dingin ini? Aku butuh udara sejuk bukan sesuatu yang membuatku menggigil seperti ini. Aku butuh sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhku. Tepat di saat itu, air mulai berbunyi menandakan titik didih yang sempurna.
Akhirnya, aku pergi ke dapur dan membuat teh panas seperti biasanya. Menyiapkan secangkir teh dengan tingkat kepekatan dan takaran gula yang sesuai. Secangkir teh di atas meja di temani beberapa potong biskuit terasa cukup untuk mengisi kekosongan perut pagi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar