Jumat, 28 April 2017

Secangkir Teh di Pagi Hari


Udara dingin seakan membekukan aliran darahku. Rasanya tak mau beranjak dari pembaringan, meski waktu sudah menunjukkan bahwa pagi akan segera datang. Namun, selimut tebal yang membungkusku dalam kehangatannya, memaksaku untuk tetap berada di dalamnya.
Sayang, waktu terus berputar tanpa henti. Saat ayam mulai berkokok, tak ada alasan untuk tetap di sini.

Pagi mulai datang, saatnya bersiap menyambut sang mentari. Udara dingin tetap saja mengganggu. Langit yang terlihat mendung saat menatap ke arah luar, menandakan hujan mungkin akan turun. Sepertinya, matahari tak akan memunculkan diri pagi ini.

Bagaimana mengusir rasa dingin ini? Aku butuh udara sejuk bukan sesuatu yang membuatku menggigil seperti ini. Aku butuh sesuatu yang bisa menghangatkan tubuhku. Tepat di saat itu, air mulai berbunyi menandakan titik didih yang sempurna.
Akhirnya, aku pergi ke dapur dan membuat teh panas seperti biasanya. Menyiapkan secangkir teh dengan tingkat kepekatan dan takaran gula yang sesuai. Secangkir teh di atas meja di temani beberapa potong biskuit terasa cukup untuk mengisi kekosongan perut pagi ini.

Tegukkan pertama mulai memberi dampak positif. Rasa dingin yang sedari tadi membelenggu diri, mulai melepaskan ikatannya. Ternyata, seperti inilah cara termudah untuk mengusirnya dengan sukarela tanpa rasa paksa. Hanya dengan secangkir teh hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I AM JEALOUS

Hari ini, aku bangun pagi seperti biasa. Dan lagi, kamu mengirim link siaran YOME -mu. Kali ini bukan melalui  WhatsApp tapi Messenger . ...