Uang! Siapa yang
tidak kenal dengan uang. Semua orang tahu apa itu uang. Uang adalah alat tukar
yang berlaku dimana-mana dan di terima oleh masyarakat umum. Karena itu, tak
jarang ada yang mengatakan bahwa uang adalah raja. Kata yang sudah sangat
populer di telinga hal layak ramai. Itu tidak salah. Di planet yang bernama
bumi ini, kita tidak bisa hidup tampa memiliki uang. Karena kemanapun kita
pergi, kita membutuhkan uang sebagai alat tukar yang berlaku di wilayah
tersebut. Termasuk di Indonesia, dimana rupiah menjadi mata uang sebagai alat tukar
atau pembayaran yang sah.
“I Love Money”, begitu kata kebanyakan
orang. Apakah mereka benar-benar mencintai uang? atau mereka hanya
membutuhkannya? Entahlah. Realitanya, tidak semua orang yang mengatakannya,
memperlakukan uang sebaik yang ia katakan. Cinta, artinya menyanyangi, menjaga,
dan memelihara, tidak sekedar hanya memiliki saja. Tapi faktanya, masih saja
kita mendapati uang yang kusut, terlipat, tergulung, sobek, bahkan ada yang di
tulis atau di coret-coret. Sangat memprihatikan. Jika begini keadaannya, maka
istilahnya perlu diganti. Bukan Love
Money, tapi Need Money. Karena
kebanyakan orang lebih membutuhkannya daripada mencintainya. Jadi tidak salah
jika kemudian banyak artikel-artikel bermunculan, tentang bagaimana mencintai
uang dengan lebih baik.
Kali ini, saya
tidak akan membahas lebih jauh, apa itu uang atau bagaimana cara merawat dan
menyimpan uang dengan baik. Karena kalian, bisa mencari di internet dan
menemukan banyak artikel di Google tentang itu. Sekarang, saya akan sedikit
membahas tentang estetika yang terkandung dalam uang itu sendiri, khususnya
uang kertas. Bingung? Ya, kebanyakkan orang bingung jika kita berbicara tentang
estetika atau keindahan. Apalagi, itu dikaitan dengan uang. “Money is money”, begitu jawaban yang
sering kudengar. Mereka benar, uang adalah uang dan kita membutuhkannya sebagai
alat pembayaran yang sah. Tapi, tahukah mereka tentang uang yang mereka pakai
atau mereka gunakan sebagai alat pembayaran itu? Jika mereka orang Indonesia, tentu
saja mereka akan mengatakan, "Saya
tahu". Ya, mereka tahu. Nama mata uangnya apa, berapa nominalnya dan
warnanya apa. Contohnya, ketika kita menunjukkan selembar uang kertas dengan
nominal Rp. 100.000,-. Orang-orang akan berkata, "Itu uang kertas, seratus ribu rupiah, warnanya merah". Menurut
mereka, itu informasi yang cukup tentang uang yang mereka miliki.
Tapi anehnya, jika
kita bertanya lebih jauh lagi, kita akan mendapatkan jawaban yang berbeda dari
itu. Orang-orang akan mulai berpikir sebelum menjawab, ada yang asal-asalan
menjawab, ada yang terdiam, dan sebagain besar mengatakan tidak tahu. Jadi,
kita bisa menarik kesimpulan bahwa sebenarnya orang-orang tidak begitu kenal
dengan uang yang mereka miliki. Uang rupiah yang setiap harinya mereka pakai untuk
membeli kebutuhan hidup. Mereka hanya tahu nama mata uangnya apa, nominalnya
berapa dan juga warna uangnya. Selebihnya tidak. Hanya sebagian orang saja yang
memperhatikan uang lebih dari ketiga hal itu.
Kita harus
tahu!
Bahwa uang itu
tidak sebatas nama, nominal dan warna saja. Tidak! Selembar uang yang kita
miliki, lebih dari itu. Uang tidak dibuat dengan semudah itu, tetapi dengan
perencanaan yang disusun secara sistematis dan terstruktur, dengan biaya yang
tidak sedikit dan memakan waktu yang cukup lama untuk membuatnya. Kita juga
perlu tahu bahwa dibalik pembuatan uang itu, ada orang-orang hebat yang
memikirkan apa yang harus di cetak di atas selembar kertas, yang mampu
menginterpretasikan bahwa itu adalah mata uang yang berlaku di negara ini, Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dimana
setiap nominal itu berbeda, dan memiliki ciri khas tersendiri. Bukan hanya dari
warna, tapi juga gambar dan kode visual yang ada.
Di setiap lembar
uang kertas yang kita miliki, terdapat nilai estetika di dalamnya. Tapi
sepertinya, hanya para kolektor uang saja yang memahami hal ini dengan lebih
baik. Para kolektor uang tidak hanya sekedar melihat nominal yang terbaca dari
selembar uang kertas, tapi lebih melihat kualitas dari uang itu sendiri,
khususnya gambar yang tertera di dalamnya. Semakin sulit tingkat pembuatannya,
maka semakin tinggi pula harga uang tersebut. Terlebih untuk uang yang sudah
langka. Itu dibandrol dengan harga yang cukup mahal dari pembuatannya. Tapi,
para kolektor uang tidak segan untuk merogok kocek dalam-dalam untuk selembar
uang kuno incarannya. Uang kertas memang punya nilai estetikanya tersendiri di
mata para penikmatnya. Hanya saja, kadang kita tidak begitu memperhatikannya.
Jadi, apakah kita bisa berkata bahwa kita mencintai uang? sedangkan pada
kenyataannya, kita tidak begitu kenal dengan uang yang kita miliki.
Kenali Rupiah
dengan lebih baik.
Ya, kita memang
harus belajar untuk tidak sekedar tahu saja, tapi memahami, mengerti dan mampu
mendefinisikan uang dengan lebih baik. Tidak sekedar nama, nominal dan warna
uang saja. Terlebih, Bank Indonesia belum lama ini telah mengeluarkan uang baru
yang sudah beredar di masyarakat. Jangan sampai kita tidak tahu seperti apa
uang baru itu, baik wujud maupun tekstur bahannya. Apakah sama atau berbeda?
Terlebih, jika kita tidak mampu membedakan, mana uang asli dan mana uang palsu
dikarenakan informasi yang minim atau faktor ketidaktahuan. Jika sudah demikian,
maka kita sendiri yang rugi.
Kita perlu tahu
bahwa pada setiap uang kertas baru yang beredar, desain grafis mata uang kertas
Indonesia itu membawa informasi kepada rakyat. Sebagaimana uang baru yang belum
lama ini dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan tahun emisi 2016, yang masih
dengan seri pahlawan dan juga kebudayaan seperti uang-uang sebelumnya. Makna
dan arti dari gambar pada uang kertas sangatlah mendalam. Gambar pada uang
kertas mengandung nilai estetika yang berhubungan dengan masalah keindahan
visual, antara lain tersusun atas elemen huruf, gambar, warna serta teknik
cetak yang khas. Selain itu, gambar pada uang kertas sarat dengan muatan
informasi atau bahkan kode visual. Dimana dalam gambar uang kertas, ekspresi
visual yang dituangkan dapat mencerminkan gagasan, ide dan juga konsep.
Ada 7 lembar uang
kertas baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Semuanya memiliki ciri khas
tersendiri. Mulai dari nominal uang Rp. 100.000,- sampai dengan pecahan Rp.
1.000,-. Pada setiap uang kertas terdapat gambar pahlawan di satu sisinya (sisi
depan), dan kebudayaan di sisi lain (sisi belakang). Dua sisi mata uang,
begitulah kira-kira pepatah mengatakannya. Kebudayaan ditampilkan dalam wujud
gambar seorang penari dengan pakaian khas untuk tarian tertentu, dengan latar
belakang destinasi objek wisata populer yang ada di Indonesia, dari Sabang
sampai Merauke, atau yang lebih kita kenal sebagai Pesona Indonesia.
Mulai dari nominal
Rp. 100.000,-, dimana di sisi depan terdapat dua gambar pahlawan yakni Dr. (H.
C.) Ir. Soekarno dan Dr. (H. C.) Drs. Mohammad Hatta yang tidak lain adalah
Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Di sisi belakang, terdapat
gambar seorang penari tari Topeng Betawi dengan view Raja Ampat sebagai latarnya. Tari Topeng Betawi merupakan tari
yang bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerak. Tarian ini menggunakan
topeng kayu dan di iringi oleh musik tradisional Betawi. Sedangkan Kepulauan
Raja Ampat merupakan rangkaian 4 gugusan pulau yang berdekatan, yakni Pulau Waigeo,
Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Batanta. Kepulauan ini terletak di
provinsi Papua Barat. Menurut berbagai sumber, Kepulauan Raja Ampat merupakan
satu dari sepuluh perairan terbaik untuk diving
site di seluruh dunia. Dengan aneka ragam flora dan fauna bawah air.
Keindahan Raja Ampat menjadi salah satu tujuan para penyelam yang tertarik dengan
pemandangan bawah lautnya.
Berbeda dengan
uang nominal Rp. 100.000,-, uang pecahan Rp. 50.000,- memiliki gambar Ir. H.
Djuanda Kartawidjaja atau Ir. Djuanda yang merupakan Perdana Menteri ke 10,
sekaligus yang terakhir. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam
Kabinet Kerja 1. Di sisi belakang terdapat gambar seorang penari tari Legong yang
berasal dari provinsi Bali. Tari Legong merupakan tari yang biasanya di tarikan
oleh dua orang gadis. Dengan latar Taman Nasional Komodo yang menjadi salah
satu situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1991. Taman yang berlokasi di Nusa
Tenggara Timur ini merupakan taman nasional yang luas dan bertujuan untuk
melindungi komodo dan satwa liar lainnya yang terancam punah.
Pada uang Rp.
20.000,-, terdapat gambar Dr. G. S. S. J. Ratulangi atau yang lebih kita kenal
sebagai Sam Ratulangi. Beliau merupakan Pahlawan Nasional Indonesia dari
Sulawesi Utara. Di sisi lain terdapat gambar penari yang menggunakan Taah atau pakaian khas wanita yang
terdiri dari beludru yang dihiasi manik-manik. Baju khas tari Gong atau tari
Kancet Ledo yang berasal dari Kalimantan Timur, tepatnya dari Suku Dayak
Kenyah. Dinamakan tari Gong karena menarinya di atas Gong, dan dilakukan oleh
seorang perempuan. Tarian ini di pertunjukkan untuk penyambutan tamu agung atau
upacara menyambut kelahiran bayi kepala suku. Dengan latar kepulauan Derawan
yang berada di kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dimana kepulauan Derawan
menawarkan sejumlah objek wisata bahari yang menawan. Salah satunya taman bawah
laut yang diminati oleh wisatawan mancanegara, terutama para penyelam kelas
dunia.
Pada uang Rp.
10.000,-, terdapat nama Frans Kaisiepo yang merupakan Pahlawan Nasional
Indonesia dari Papua. Di sisi lain, ada gambar penari tari Pakarena dari
Sulawesi Selatan. Tari Pakarena ini diperuntukkan khusus untuk wanita. Karena
mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, lembut, setia dan santun. Di
iringi musik dua kepala drum atau gandrang dan sepasang instrumen alat seperti suling
yang di sebut puik-puik. Dengan latar Taman Nasional Wakatobi di kepulauan
Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pulau Wakatobi adalah pulau yang menawarkan
panorama keindahan alam bawah laut yang terdiri dari 25 buah gugusan terumbu
karang.
Sedangkan pada
pecahan Rp. 5.000,-, terdapat gambar Dr. K. H. Idham Chalid yang merupakan
politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Beliau pernah menjabat
sebagai wakil Perdana Menteri Indonesia pada kabinet Ali Sastroamidjojo II dan
kebinet Djuanda. Di sisi belakang, terdapat gambar penari tari Gambyong. Tarian
Jawa Klasik yang indah dan anggun dari Surakarta, Jawa Tengah. Ciri khas
pakaiannya bernuansa kuning dan hijau, sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.
Dengan latar Gunung Bromo, yang merupakan gunung aktif yang terletak di Jawa
Timur. Lautan pasir adalah andalan wisata dari Gunung Bromo. Di alam pegunungan
yang sejuk, kita dapat melihat padang pasir dan rerumputan yang luas. Yang
paling di tunggu dari Gunung Bromo adalah sight
view ketika matahari terbit dan terbenam, karena memang akan terlihat
sangat jelas dan sangat indah.
Pada uang pecahan
Rp. 2.000,-, di isi oleh gambar Mohammad Hoesni Thamrin, yang merupakan seorang
politisi era Hindia-Belanda yang kemudian di anugerahi gelar Pahlawan Nasional
Indonesia. Di sisi belakang, terdapat gambar penari tari Piring. Tari
tradisional Minangkabau yang berasal dari kota Solok, Sumatra Barat. Tarian
yang menggunakan piring sebagai media utamanya. Piring merupakan sebuah simbol
dari masyarakat
Minangkabau. Dengan latar Ngarai Sianok yang merupakan sebuah
lembah curam atau jurang, yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi di
Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Sebuah lembah yang menawarkan
pemandangan yang indah dan merupakan salah satu objek wisata andalan provinsi.
Sedangkan pada uang pecahan Rp. 1.000,-, di isi oleh gambar Tjut
Meutia atau Cut Nyak Meutia. Beliau adalah seorang wanita yang berasal dari
Aceh, dan diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden
No. 107/1964 pada tahun 1964. Di sisi lain terdapat gambar penari tari Tifa
dari bagian timur Papua dan Maluku. Tari ini dipertunjukkan untuk penyambutan
tamu dan sabagai ungkapan rasa syukur, yang disampaikan melalui syair dan tarian
yang di iring oleh ketukan tifa. Tifa sendiri adalah sebuah alat musik yang
terbuat dari kayu dan kulit binatang.
Dengan latar Banda Neira atau Banda Naira,
yang merupakan salah satu pulau di Kepulauan
Banda, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku - Indonesia. Pulau ini
pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli dunia, karena Kepulauan Banda
adalah satu-satunya sumber rempah-rempah yang bernilai tinggi hingga
pertengahan abad ke-19.
Ternyata, dari selembar uang kertas, kita bisa belajar banyak hal.
Dari gambar yang ada pada uang kertas ini, mencerminkan bahwa Indonesia kaya
akan nilai tradisi yang bersumber dari warisan budaya leluhur. Keberadaan
gambar pahlawan dari berbagai wilayah Indonesia merupakan wujud dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang beragam, sebagaimana yang tertuang dalam
Bhineka Tunggal Ika, “Berbeda-beda tetap
satu jua”. Serta adanya gambar penari, menunjukkan bahwa Indonesia
menjunjung tinggi nilai tradisi dan budaya. Juga dari view yang
dijadikan sebagai latar belakang atau background yang ada.
Semakin menegaskan, bahwa negara Indonesia itu kaya akan budaya dan juga
kepulauan yang menawarkan sejuta pesona objek wisata yang tersebar dari Sabang-Merauke. Sungguh keindahan yang sudah terbantahkan lagi. Bahkan dunia telah memberi
apresiasinya.
Estetika yang coba
dituangkan dalam bentuk gambar visual pada selembar uang kertas. Dengan
penyampaian informasi dalam bentuk huruf, untuk menjelaskan secara detail
tentang gambar visual yang dimaksud, tertera dalam uang kertas tersebut. Ditambah
dengan gradasi warna yang lebih soft
dan desain yang lebih segar, membuat
tampilan uang kertas baru ini semakin modern
and good looking. Tidak salah jika uang kertas baru ini masuk dalam daftar
15 uang terkeren di seluruh dunia. Indonesia memang memiliki desain uang kertas
terbaik. Satu hal lagi, uang kertas terbaru ini memiliki sistem pengamanan uang
yang lebih kompleks dari uang sebelumnya. Karena itu, uang baru ini sulit untuk
di palsukan.
Dengan peluncuran
uang rupiah baru ini, diharapkan masyarakat lebih meningkatkan kecintaannya
terhadap rupiah. Bahkan Presiden RI ke-7, bapak Jokowi menilai bahwa mencintai
rupiah adalah salah satu wujud kecintaan masyarakat terhadap kedaulatan dan
kemandirian bangsa. Beliau meminta kepada masyarakat, untuk menggunakan uang
rupiah dalam bertransaksi ataupun menabung di perbankkan dalam negeri. Jadi,
sudah sepantutnya kita sebagai warga negara Indonesia, menghargai dan mencintai
uang rupiah dengan lebih baik. Kita kadang berkata, "I love money",
tapi kita tidak memperlakukan uang dengan baik. Kita tahu benar, bahwa rupiah
adalah mata uang negara Indonesia, tapi kita tidak begitu mengenal uang rupiah
yang kita miliki sendiri. Jadi, pantaskah kita mengatakan bahwa kita cinta rupiah?
Mari, kenali rupiah dengan lebih baik mulai dari sekarang. Bukan hanya sekedar
memiliki, tapi juga menjaga, menyimpan dan menggunakannya secara tepat. “I
love money and I love Rupiah".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar